Sepeda tak harus mahal


Sebuah komunitas sepeda baru terbentuk di sebuah kantor. Anggotanya tak begitu banyak. Bike Fraiday, menjadi acara rutin.

Setiap hari Jumat para anggota bersepeda ke kantor. Usai jam kantor, sebelum pulang ke rumah masing-masing mereka bersepeda bareng keliling kota sambil cari kudapan, .

Keseruan Bike Friday, membuat daya tarik tersendiri. Beberapa kolega menyatakan keinginannya bergabung. Mulailah mereka bertanya-tanya tentang sepeda. Namun yang benar-benar bergabung tak sebanyak peminatnya. Harga sepeda menjadi salah satu penghambat para pemula untuk bergabung dengan komunitas itu. Mereka menyimpulkan "harga sepeda mahal".

Boleh jadi para pendiri komunitas sepeda tersebut memang sudah cycling addict. Sepeda tak sekadar alat untuk mencari keringat. Bersepeda adalah bagian dari gaya hidup dan aktualisasi diri. Sepeda ibarat gawai, yang harus selalu mutakhir. Bagi pesepeda seperti itu, wajar, bila mengoleksi sepeda yang ultra mahal harganya.

Namun bagi pemula, tidak perlu rendah diri. Sepeda dengan harga terjangkau, punya fungsi yang sama, bisa untuk berolahraga, bersenang-senang, sekaligus menjalin relasi dengan orang lain.
Tidak perlu memfokuskan pada harga yang mahal saat memutuskan hendak bersepeda. Pertimbangan terpenting adalah kenali terlebih dahulu kebutuhan bersepeda.

Apakah sepeda hanya akan digunakan sesekali saja, atau untuk bergaya, atau untuk mengikuti lomba? Jika sepeda hanya dipakai sesekali saja, untuk hangout, tentunya tak perlu membeli sepeda dengan spesifikasi tinggi dengan harga yang mahal. Sepeda standar entry level sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ini asal ukurannya tepat.

Jenama lokal, seperti Polygon, United dan Wimcylce, memiliki lini produk yang cukup lengkap. Biasanya dikategorikan dalam 3 kelas: Entri level, mid level dan premium. Untuk entry level MTB cukup variatif jenisnya ada sekitar 5-7 pilihan. Kisaran harga di kelas ini antara Rp1,5 juta sampai Rp5 juta.

Kelas berikutnya adalah mid level, varian produknya semakin banyak, sampai puluhan jenis. Kisaran harganya di atas Rp10 juta sampai Rp25 jutaan. Di atasnya ada kelas premium. Di kelas ini harga sepeda bisa mencapai Rp30 juta sampai ratusan juta.

Apa yang membedakan sepeda murah dan mahal? Secara umum bisa dikenali dari penggunaan bahan di rangka dan komponen. Rangka sepeda entry level, biasanya masih memakai besi, sehingga bobot sepeda cukup berat.

Sedang komponennya, entry level, menggunakan yang sederhana. Rem, misalnya, umumnya masih memakai V Brake, atau pun rem cakram yang memakai kawat, biasa disebut rem mekanik. Sementara groupset pun menggunakan kelas bawah.

Sedang mid level, umumnya rangka sudah menggunakan alumunium, untuk mendapatkan bobot sepeda yang ringan, namun tetap kuat. Sementara di kelas premium, bobot sepeda lebih ringan lagi. Rangka menggunakan titanium atau carbon.

Sedang groupset yang dipakai pada kelas mid level sangat bervariasi, remnya umunya sudah menggunakan cakram hidrolik. Pada kelas premium ada yang menggunakan groupset fully carbon dengan rem cakram hidrolik yang ultra ringan.

Sekadar referensi, jenama groupset ternama seperti Shimano, menyediakan produk yang variatif. Untuk entry level, ada seri Turney, Altus dan Acera. Sedang di mid level, ada seri Alivio, Deore dan XLT. Sementara di kelas premium ada DXR, ZEE, SAINT, XT dan XTR.
Sedang produsen grupset SRAM, hanya memiliki produk untuk mid level dan premium. Di mid level ada seri X3, X4, X5, X7 dan X9, lalu di premium ada seri XO dan XX.

Previous
Next Post »
0 Komentar